Monday, September 8, 2025

Produsen Ban Ini Bagikan Strategi Tekan Biaya Logistik untuk Industri Manufaktur

Share

Bartek (Byunghak) Choi, Presiden Direktur Hankook Tire Sales Indonesia menjelaskan, bahwa industri manufaktur tengah menghadapi tekanan besar dari berbagai faktor, mulai dari ketidakpastian ekonomi global, hingga tantangan rantai pasok dan biaya logistik.

“Efisiensi logistik menjadi kunci penting untuk menjaga daya saing. Hankook Tire berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia melalui inovasi produk Hankook Tire yang berorientasi pada keberlanjutan dan efisiensi jangka panjang,” katanya diketerangan resminya di Jakarta, Senin (8/9/2025).

Berdasarkan laporan tahunan logistik Amerika Serikat, sekitar 58% dari total biaya logistik dialokasikan untuk transportasi, menunjukkan tingginya beban biaya distribusi bagi perusahaan. Kondisi ini menegaskan pentingnya strategi efisiensi, terutama di sektor transportasi yang mengandalkan armada truk kontainer untuk distribusi bahan baku maupun produk jadi.

Sementara, Ahmad Juweni, National Sales Manager TBR (Truck & Bus Radial) PT Hankook Tire Sales Indonesia, menambahkan bahwa efisiensi logistik bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan di tengah tekanan persaingan global.

“Jika ingin mencapai efisiensi, perusahaan harus menghitung Total Cost of Ownership (TCO) kendaraan komersial, di mana kegiatan operasional biasanya menjadi alokasi biaya terbesar. Biaya ini mencakup biaya sewa atau beli kendaraan, bahan bakar, serta perawatan dan perbaikan kendaraan, yang sehari-hari difungsikan untuk kebutuhan operasional manufaktur seperti distribusi bahan baku maupun produk jadi. Kalau salah satu aspek ini bermasalah, bukan hanya kendaraan yang berhenti, tapi rantai distribusi juga ikut terganggu,” tambah Ahmad.

Adapun jenis kendaraan komersial yang biasa digunakan oleh industri manufaktur meliputi truk engkel untuk distribusi lokal, serta truk tronton maupun trailer untuk pengiriman regional hingga jarak jauh. 

Hankook Tire mengidentifikasi sejumlah langkah yang dapat diterapkan perusahaan manufaktur untuk menekan biaya transportasi. Pertama, lakukan pemeliharaan kendaraan secara preventif. Armada logistik sebaiknya menjalani pengecekan harian sebelum beroperasi, mulai dari tekanan ban sesuai rekomendasi pabrikan, kondisi lampu, sistem rem, hingga oli mesin.

Lakukan servis berkala untuk mesin, filter, dan suspensi. Dengan melakukan perawatan rutin, risiko downtime bisa ditekan, sekaligus mereduksi biaya perbaikan tahunan hingga 20% karena potensi kerusakan besar dapat dicegah sejak dini.

Kedua, hindari akselerasi mendadak dalam berkendara. Menginjak pedal gas atau rem secara kasar berdampak langsung pada usia sistem pengereman dan suspensi (shock breaker). Perilaku ini juga mempercepat keausan ban, serta membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros. 

Untuk menghindarinya, biasakan mengemudi dengan halus dan stabil, seperti menjaga jarak aman dan memperhatikan marka jalan. Patuhi batas kecepatan sesuai aturan, yaitu maksimal 100 km/jam di jalan bebas hambatan, 80 km/jam di jalan antarkota, 50 km/jam di kawasan perkotaan, dan 30 km/jam di kawasan permukiman. Perusahaan bisa mendukung dengan program pelatihan safety driving sederhana agar perilaku ini terbentuk.

Ketiga, perhatikan kapasitas angkut truk. Mengelola beban muatan dengan bijak sangat penting untuk menjaga performa truk dan keselamatan di jalan. Pastikan muatan tidak melebihi batas maksimum yang telah ditentukan oleh pabrikan, karena kelebihan beban dapat meningkatkan risiko kecelakaan, mempercepat kerusakan pada kendaraan, serta mengurangi usia pakai ban. Dengan mematuhi batas muatan sesuai spesifikasi resmi, operasional truk menjadi lebih efisien dan berkelanjutan.

Keempat, pilih ban yang sesuai dengan kondisi medan jalan dan beban kendaraan. Ban yang tepat akan berpengaruh besar terhadap umur pakai dan efisiensi biaya operasional. Misalnya, untuk operasional rute antar kota yang mayoritas melalui jalan tol, ban dengan pola regional seperti Smart Flex AH31/ AH31K lebih cocok karena dirancang untuk medan on road. Dengan pemilihan, pemakaian, dan perawatan yang tepat, ban jenis ini bisa mencapai umur pakai optimal.

Sebaliknya, jika digunakan ban tipe off road pada kondisi jalan tol, ban akan lebih cepat rusak sehingga masa pakainya lebih pendek. Karena itu, pemilihan ban yang sesuai dengan karakter jalan dan operasional kendaraan sangat menentukan biaya jangka panjang.

“Sebagai perusahaan global yang terus berinovasi, Hankook Tire menghadirkan rangkaian Smart Flex series yang dirancang untuk mendukung operasional logistik jarak jauh. Dengan daya cengkeram optimal, keausan merata, dan durabilitas tinggi, ketiga ban ini membantu perusahaan manufaktur menjaga performa kendaraan sekaligus menekan biaya operasional” ungkap Ahmad.

Smart Flex AH51 yang dirancang untuk semua posisi dengan performa premium sejak pemakaian pertama hingga lapisan tapak terakhir. Fitur alur tersembunyi dan sipe 3D memastikan cengkeraman tetap optimal bahkan di jalan basah, sekaligus menjaga umur ban lebih panjang dan konsumsi bahan bakar tetap efisien.

Smart Flex AH35 cocok untuk truk dan bus di medan jalan raya. Tapak lebar dan desain 3D sipe memberikan traksi kuat serta keausan yang merata, sehingga jarak tempuh lebih panjang dan biaya operasional bisa ditekan.

Smart Flex AH31/ AH31K yaitu ban tubeless untuk bus dan truk kargo dengan tapak lebar dan teknologi kerf 3D yang meningkatkan stabilitas dan memperlambat keausan. Hasilnya, armada dapat beroperasi lebih lama dengan tingkat perawatan ban yang lebih rendah.

Dengan komitmen pada inovasi dan keberlanjutan, Hankook Tire terus memperkuat posisinya sebagai mitra strategis bagi pelaku industri manufaktur dan logistik di Indonesia. Lebih dari sekadar produsen ban, Hankook Tire menghadirkan solusi menyeluruh untuk meningkatkan daya saing bisnis, mulai dari efisiensi biaya hingga kontribusi pada praktik transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Read more

Local News